Jumat, 14 Januari 2011

hari sabtu tanggal 15 januari 2010
hari ini clum membhas tentang bagaiman aresensi buku
resensi adalah menimbang buku
jadi di dalam resensi terdapat isi dari keseluruhan isi buku
trus ada kelebihan dan kekurangan


jadi kami harus memilih buku yang diajukan oleh P3M dan jika telah terbit di koran maka baru dapat buku................
Menyesal
Mengapa kau teteskan air mata
Tuk orang yang tek pernah kau miliki
Seakan-akan . . .
Kau jatuh demi dirinya
Yang bukan milikmu
Dan mengapa kau mencintainya
Yang cintanya tak pernah untuk mu
By : Hanina
pelarian 97
cerpen cinta sekufu
dan ada enam lainnya yang udah terbit

alhamdulillah

mmmmmmsyukurlah tulisan yang sederhanan ini udah selesai

‘KEMBAR MAYANG’ LAMBANG KEBHAGIAN DAN KESELAMATAN
Oleh : Siti Hanina

Pernikahan adalah sesuatu yang sacral karena banyak orang yang tidak menemukan pasangan hidupnya. Untuk itu bersyukurlah bagi orang yang telah menikah dan jangan pernah menyesalinya. Karena jodoh, maut dan rezeki itu berada di tanggan Allah SWT. Untuk itu bersyukur adalah obat yang paling mujarab. Nikah memiliki arti bahwa adanya ijab dan Kabul antara dua orang pria dan wanita. Dan untuk itu pula sama antara suku Jawa dengan suku lainnya. Namun yang berbeda hanya ritual prosesinya.
Bagi suku Jawa, prosesi atau jalannya upacara pernikahan akan berbeda jika berbeda tempatnya meskipun memiliki suku yang sama yaitu Jawa. Tetapi karena berlainan letak geografisnya maka itu juga akan mempengaruhi ritual adatnya. Namun yang ingin aku tuliskan adalah prosesi pernikahan orang jawa yang ada di Desa Sumber Agung kecamatan Batu Ampar. Sebuah desa yang terletak di tengah-tengah, antara desa Karawang dan Seponti Jaya.
Awal prosesinya pasti sama yaitu peminangan antara laki-laki dan perempuan yang dilakukan oleh pihak laki-laki dan perempuan. Tujuannya adalah tidak diinginkannya penyesalan dikemudian hari. Maka dari itu dilakukanlah peminangan kepada kaum perempuan. dalam hal ini biasanya kaum pria membawa cincin emas sebagai tanda jadinya nanti yang diberikan kepada kaum wanitanya. Nah setelah itu barulah nentukan hari pernikahan (Gethok dina) atau yang lebih dikenal dengan menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul dan resepsi. Untuk mencari hari, tanggal, bulan, biasanya dimintakan saran kepada orang yang ahli dalam perhitungan Jawa. Atau yang pandai menghitung ‘primbon’. Ini adalah sebuah julukan untuk buku yang di dalamnya terdapat panduan untuk mencari ‘dhino’ (hari yang baik dan kadang-kadang juga di ghnakan untuk mencocokkan rezekkinya banyak atau tidak serta apakah cocok atau tidak. Jika misalnya cocok maka pernikahan akan berlanjut sedangkan jika tidak biasanya melanggar salah satu pantang larang dalam pernikahan. Dan menurut mbah Yan pantang larangnya adalah jika adak pertama tidak boleh menikah dengan anak pertama karena rezeki akan sempit. Namun ada solusi di sini jika ingin di teruskan pernikahannya maka anak laki-laki atau mempelai laki-laki harus dibuang terlebih dahulu oleh orang tuanya. Dalam hal ini orang tua tidak mengakui dia sebagai anaknya dan akan diminta oleh orang atau tetangganya sendiri. Yang kedua adalah pempelai wanita dan pria, rumahnya tidak boleh melewati satu rumah dan juga tidak boleh pintu rumah keduannya berhadapan. Jika terjadi maka salah satu orang tuanya akan meninggal.
Islam dapat dikatakan mewajibkan untuk menikah jika telah memenuhi sayaratnya. Untuk itu banyak insan yang sangat mendambakan pernikahan. Sebab pepatah orang tua mengatakan ‘jodoh itu jika dikejar tidak akan dapat, tapi kadangkala tidak dicari datang sendiri’. Seperti itu kiranya kata bijak yang biasa orang tua katakana kepada anaknya. Terlepas dari itu sebenarnya memang benar adanya. Karena banyak orang yang sedang ‘tergila-gila’ mencari pasangan hidupnya akan tetapi sulit untuk menggapainya. Namun terkadang diam dan tak berkeingin ada yang datang meming ke rumah.
Namun dalam hal ini bukan untuk membahas pernikahan secara umum. Setiap suku yang ada di Indonesia pasti memiliki perbedaan kebudayaan. Sama halnya dengan pernikahan. Dalam hal ini adalah pernikahan orang jawa. Atau yang lebih dikenal dengan upacara pernikahan jawa. Upacara pernikahan setiap umat islam adalah sama tidak ada yang membedakannya. Ijab dan Kabul. Hal itu harus ada dalam setiap pernikahan orang islam. Tapi yang membedakannya adalah prosesi adat. Biasanya dilakukan setelah ijab Kabul selesai. Namun jauh sebelum ijab Kabul berlangsung penganten pria dan wanita dipertemukan dipelataran rumah atau halaman depan rumah. jadi snag wanita menyambut dan bersalam dengan pria. Hal itu adalah lambang dari telah bertemunya dua anak manusia yang akan mengikatkan janjinya sehidup semati, setelahnya.
‘Arakan’ dimulai dari halaman rumah penganten itu di bawa masuk dengan digandengan oleh seorang pemimpin adat. Yaitu orang yang paham dengan adat orang jawa. Dalam prosesi itu ada salah seorang sesepuh yang mengarahkan. Tapi tidak untuk ijab dan Kabul. Untuk yang satu ini tetap menggunakan penghulu, wali, dan para saksi sebagai peran utama. Sang penganten hanya mengikuti dan mengikrarkan.
Ijab Kabul biasanya dilakukan dirumah memperlai wanita. Secara umum prosesi ini terbagi ke dalam dua tahap. Tahap pertama adalah persiapan benda-benda atau barang-barang yang akan digunakan. Sedangkan tahap kedua adalah pelaksanaan upacara adata jawa. Dan ijab Kabul menjadi penengah diantara keduannya. Sebab sebelum ijab Kabul harus menyiapkan barang apa saja yang digunakan dalam upacara meskipun dalam ijab dan Kabul hal itu tidak digunakan. Tahap pertama adalah persiapan benda upacara adat. Seperti pembuatan kembar mayang.
Kembar mayang, berasal dari kata ‘kembar’,yang memiliki arti bahwa sama dan ‘mayang’ artinya adalah bunga pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan.
Kembar mayang memiliki dua jenis yaitu kembar mayang yang digunakan untuk ‘ngunggulke’ dan satu lagi adalah kembar ayang yang terbuat dari pelepah pisang dan janur serta bunga dan buah-buahan. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa jika pawiwahan (acara) telah selesai, kembar mayang dilabuh atau dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut dengan maksud agar pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari bapak dan ibu sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan untuk kerbar mayang ‘ngunggulke’ diunggulkan keatas itu semuanya terbuat dari janur kuning yang dibentuk bulatan dibawah dan rumbaian janur diatasnya. Benda ini digunakan saat upacara berlangsung.
Namun sebelum itu kita terlebih dahulu membicarakan tentang kembar mayang yang terbuat dari pelepah pisang. Meskipun benda yang satu ini digunakan saat naik pelaminan atau walimatul ursy. Dan untuk apa saja barang-barang untuk kembar mayang adalah :
a. Batang pisang, 2-3 potong, untuk hiasan.
b. Bambu aur untuk penusuk (sujen), secukupnya.
c. Janur kuning,
d. Daun-daunan
e. Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan sama besarnya.
f. Bunga melati, kanthil dan mawar merah putih.
Dari pelepah yang disebutkan diatas. Kebanyakan orang menggunakan dua potong setinggi atau sepanjang 1 meter. Dan juga telah disebutkan diatas kalau kembar mayang ini hanya digunakan untuk hiasan saat pesta acara. Biasanya diberi alas dari tabung yang terbuat dari kuningan. Hal ini dugunakan agar pelepah pinang tidak terlalu terlihat dan juga agar bambu kecil yang ditusukkan tidak mudah bergerak dan jatuh. Sebab bambu itu untuk menempelkan benda-benda seperti janur kuning, bunga dan buah-buahan.
Janur kuning yang di bentuk bulat bagian bawah. Ditambah lagi dengan dedaunan, seperti daun kemuning, beringin beserta ranting-rantingnya, daun apa-apa, daun girang dan daun andong. Dengan daun ini akan mempercantik kembar mayang. Karena perpaduan warna yang digunakan akan semakin menarik. Dan buah yang harus ada adalah nanas. Sebab bagi masyarakat jawa nanas ini digunakan sebagai harapan jika membina rumah tangga nantinya sekuat nanas. Akan mudah tumbuh dimana saja. Tidak perlu tanah subuh atau tidak. Hanya tinggal dilempar. Dan tumbuh. Hal itu paradigm orang jawa terhadap nanas. Nanas yang kuat dan tidak mudah mati. Namun biasanya untuk lebih mempercantik kembar mayang digunakan juga buah yang lainnya seperti jeruk, anggur jika ada, dan buah-buahan yang gampang untuk ditemukan didaerah itu. Meskipun itu adalah buah hutan sekalipun yang penting dapat mempercantik kembar mayang. Sebab masyarakat jawa memiliki asumsi bahwa jika kembar mayangnya cantik maka pengantin wanita akan cantik pula saat di pesta pernikahan. Paradigm itu secara turun temurun berada pada masyarakat jawa.
Kembar mayang telah siap. Lalu lalang orang yang sedang sibuk pun berganti arah untuk menyiapkan suatu hal yang penting yang kedua.
………………
Yang selanjutnya adalah memasang atau disebut dengan Pasang tuwuhan (pasren). Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin. Tuwuhan biasanya berupa tumbuh-tumbuhan yang masing-masing mempunyai makna seperti:
a) Janur, harapannya agar pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari Yang Maha Kuasa. b) Daun kluwih, Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah dapat lebih (luwih) dari yang diperhitungkan. c) Daun beringin dan ranting-rantingnya, Diambil dari kata €ingin€, artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu terlaksana. Dan ranting-ranting bermakna sebagai semoga dalam mencapai keinginan ditunjukkan jalan yang banyak seperti ranting tersebut. Ranting yng ada dalam pohon beringin itu bercabang keman-mana. Jadi semoga dalam mencapainnya juga demikian diberikan petunjuk yang langgeng oleh Allah SWT. d) Daun dadap serep, Berasal dari suku kata ‘œrep’ artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang tidak ada gangguan apa pun. Jadi dalam keluarga yang ingin dibina di dambakan keluarga yang seperti daun dadap serep itu. e) Seuntai padi (pari sewuli), Melambangkan semakin berisi semakin merunduk. Diharapkan semakin berbobot dan berlebih hidupnya, semakin ringan kaki dan tangannya, dan selalu siap membantu sesama yang kekurangan. f) Cengkir gadhing, Air kelapa muda (banyu degan), adalah air suci bersih, dengan lambang ini diharapkan cinta mereka tetap suci sampai akhir hayat.
Barang tuwuhan itu dimasukkan ke dalam ‘talam’ biasanya orang jawa membuatnya dari janur yang berbentuk seperti rajutan piring sebagai tempat tuwuhan ini. Setelah siap langsung disimpan di samping pintu masuk menuju peersandingannya penganten. Hal ini biasanya dilakukan sebelum ijab Kabul berlangsung. Baru jika semua persiapan selesai maka iajab dan Kabul dimulai. Semua orang tertuju kepada ijab dan Kabul tersebut. Jadi sesaat keadaan menjadi sunyi senyam. Tidak ada yang berkata-kata. Semua mendengarkan penghulu. Dan setelah sekian lama mendengarkan akhirnya ija berakhir dengan kata ‘sah’ dari para saksi dan diakhiri pula dengan bacaan do’a.
Ijab Kabul selesai dilakukan maka acara yang selanjutnya adalah prosesi adat. Upacara panggih. Itulah sebutan upacara yang akan dilakukan setelah ujab Kabul selesai. Dan ini adalah upaca adat jawa atau tradisi. Upaca ini memiliki uruta-urutan. Adapun tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut :
a. Liron kembar mayang
Saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk mersama-sama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan. Nah, ini bukan kembar mayang yang digunakan untuk hiasan di saping penganten. Tapi ini adalah kembar mayang yang dibuat secara khusus untuk upacara panggih. Disebut dengan liron karena kembar mayang itu diputar searah dengan putaran kedua mempelai. Jadi kedua sejola ini bersalaman dan dibawah salaman itu tedapat sri taman. Setelah itu diputar searah jarum jam agar dalam keluarga nantinya tidak mudah goyang terhadap haling-rintang yang mendekat. Dan si kembar mayang ini mengikuti putaran tersebut dengan di ‘ngujengi’ oleh orang lain. Jika penganten wanita dipegang oleh anak remaja wanita dan jika pria maka dipengang oleh remaja pria. Dalam hal ini juga disebut (tetemmu’) atau dengan pertemuan pria da wanita.
Kedua penganten mengitari ‘sri taman’ yang diletakkan di lantai. Isi dari sri taman adalah sebagai berikut; Setundhun gedang raja suluhan (setandan pisang raja), yang memiliki makna semoga kelak mempunyai sifat seperti raja hambeg para marta, mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Tebu wulung watangan (batang tebu hitam),memiliki makna bahwa harus kemantapan hati (anteping kalbu) dari keduanya. Dan jika sudah mantap menentukan pilihan sebagai suami atau istri, tidak tengok kanan-kiri lagi.
Selanjutnya adalah Kembang lan woh kapas (bunga dan buah kapas), dengan harapannya agar kedua pengantin kelak tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan. Selalu pas, tetapi tidak pas-pasan. Dengan buah kapas semoga keduanya memiliki sifat yang seputih kapas tersebut meskipun kulitnya tak sebagus isinya. Kembang setaman dibokor (bunga setaman yang ditanam di air dalam bokor). Dan harapannya agar kehidupan kedua pengantin selalu cerah ibarat bunga di taman.
b. Gantal
Setelah acara dipertemukan maka selanjutnya adalah ‘nguncal’. Di dalam sajen itu terdapat daun sirih. Daun sirih itu digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masing-masing pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan itu. Baru setelah itu adalah acara menginjak telur. Atau Ngidak endhog.

Ngidak endhog
Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol bahwa ingin membuang sifat jelek yang ada dalam kedua mempelai. Sehingga keduany dapat saling mengerti dalam hubungan keluarga nantinya. Setelah di injak etelurnya oleh pengantin pria barulah yang wanita mencuci kaki kanan untuk menginjak telur tadi. Hal ini melambangkan sang stri harus patuh dan hormat terhadap suami. Sebab suamilah yang bertanggung jawab terhadap keluarga. Dengan menggunakan air setaman.
Siraman
Ini adalah campuran beberapa kembang biasanya 7 jenis yang dimasukkan ke dalam wadah kecil atau rantang. Air ini digunakan sebagai cipratan kepada kedua mempelai. Agar kedunya memdapat berkah dari Yang Maha Kuasa seperti harumnya bunga yang wangisnya terus menerus. Yang harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga. Air ini juga digunakan saat mencuci kaki penganten pria. Tahapan upacara siraman adalah sebagai berikut :
- calon pengantin mohon doa restu kepada kedua orangtuanya.
- calon mantu duduk di tikar pandan tempat siraman.
- calon pengatin disiram oleh pinisepuh (orang yang memimpin upacara), orangtuanya dan beberapa wakil yang ditunjuk.
- yang terakhir disiram dengan air kendi oleh bapak ibunya dengan mengucurkan ke muka, kepala, dan tubuh calon pengantin. Begitu air kendi habis, kendi lalu dipecah sambil berkata “Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku wadon”. Hal ini bertujuan agar orang tahu bahwa mereka telah terikat oleh tali perkawinan makanya memecah tersebut adalah lambang alat bahwa mereka akan melepas masa lajangnya. Semua pengantin baik pria mapun wanita harus mengucapakan kata-kata itu sebelum di pecah kendinya. Dan setelah itu barulah penganten putrid untuk kedua kalinya mencuci kaki putra. Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra. Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor.
Minum air dengan banyu degan
Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem). Diharapkan nantinya keturunan dari sumber yang suci pula. Kedua penganten harus meminum air ini.
f. Di-kepyok dengan bunga warna-warni
Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang akan mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan bahagia lahir batin. Bunga itu di pukulkan secara pelan-pelan ke penganten baik putra maupun putrid.
g. Masuk ke pasangan
Maksudnya adalah penganten pria dan wanita masuk ke dalam sarung. Biasanya disebut juga dengan mengendong. Jadi pinisepuh acara merangkul keduanya dan dijepit dengan ‘jare’ di bawa berjalan tiga langkah dan juga duduk dikursi. Bermakna pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban. Dan dilanjutkan dengan berjalan mundur (Sindur). Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur. Maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar. Ini dilakukan masih dalam keadaan dirangkul oleh pemangku. Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantar duduk di sasana riengga, di sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa lainnya, yaitu :
Dulangan
Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini mengandung kiasan laku memadu kasih diantara keduanya (simbol seksual). Dalam upacara dulangan ada makna tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng yang bermakna :
- tumpeng tunggarana : agar selalu ingat kepada yang memberi hidup.
- tumpeng puput : berani mandiri.
- tumpeng bedhah negara : bersatunya pria dan wanita.
- tumpeng sangga langit : berbakti kepada orang tua.
- tumpeng kidang soka : menjadi besar dari kecil.
- tumpeng pangapit : suka duka adalah wewenang Tuhan Yang Maha Esa.
- tumpeng manggada : segala yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi.
- tumpeng pangruwat : berbaktilah kepada mertua.
- tumpeng kesawa : nasihat agar rajin bekerja.
Tumpeng ini terbuat dari nasi kuning yang dibentuk kerucut berjumlah sembila. Nmaun tumpeng ini kecil-kecil tidak sebesar untuk tumpeng ulang tahun atau selamatan. Tumpeng ini di tempakan di piring yang besar (…..) di susun secara rapi. Ppenganten putra dan putrid harus meakannya meskipun sedikit demi sedikit. Sebab semunya itu memiliki lambing pemaknaan.
Dan prosesi adat tersebut diakhiri dengan acara sungkeman kepada orang tua kedua memperlai. Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa restu. Caranya, berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibu pengantin putra.