Senin, 18 April 2011

banyak hal yg sebnarnya ingin aku lakukan di dalam hidupaQ
aku tag ingin masuk dan terjerembab ke dalam lubang yang sama...
dengan demikian aku ingin sekali lebih baik.

namun tuk lebih baik aku butuh sahabat, aku butuh orang yg bisa ku ajak berdiskusi tentang aku, dan tentang kehidupanQ

komunikasi dalam konseling

BAB I
ARTI KOMUNIKASI
A. Pengertian komunikasi
Menurut Jalaluddin Rahmat, komunikasi sangat esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan manusia. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah ditelaahnya dnegan baik. Dan dia menyimpulkan bagi setiap manusia komunikasi tersebut sangat penting. Menurutnya ada dua hal yang penting, yaitu :
a. Penting untuk pertumbuhan dan perkembangan sebab kurangnya informasi menurut ahli social bahwa kurangnya komunikasi akan mengahambat perkembangan kepribadian. Untuk itu seorang konselor dituntut untuk menjadi model psikologi yang baik kepada kliennya. Seperti yang telah kita ketahui di bab “konselor dalam konseling”.
b. Komunikasi sangat erat kaitannya dnegna perilaku dan pengalaman kesadaran manusia.
Namun Komunikasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah hubungan atau kontak. Untuk itu dalam berkomunikasi memiliki beberapa unsure. Yaitu komunikan (penerima pesan dalam berkomunikasi), komunikator (yang menyampaikan), ada pesan atau isi yang disampaikan. Untuk itu komunikasi merupakan landasan bagi berlangusngnya suatu konseling. Oleh sebab itu komunikasi dapat diartikan sebgaai suatu proses pemindahan informasi antara dua orang manusia atau lebih dengan menggunakna symbol-simbol bersama. Komunikasi akan lebih efektif apabila tercapai saling pemahaman yaiatu pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami oleh si penerima.
Secara umum proses komunikasi sekurang-kurangnya mengandung lima unsure yaitu :
a) Siapa yang berbicara (pemberi pesan )
b) Mengatakan apa (isi pesan)
c) Dengan cara apa (media)
d) Kepada siapa (penerima pesan)
e) Hasilnya apa (umpan balik)
Dalam konseling harus tercipta adanya komunikasi dialogis, yang pihak yang satu atau pemebr pesan dan penerima pesan memiliki peranan sebagai komunikator. Yaitu sbegai pemberi seklagus penerima pesan dan sebagai peneima seklagus pemberi pesan. Dengan arus umpan balik yang tepat maka kekurangan dan kesalahan akan terkoreksi dalam komunikasi yang bersifat dialogis. Namun agar komunikasi dapat berlangsung secara baik maka harus mengandung hal-hal seperti berikut ini :
1. Ada gagasan yang ingin disampaikan oleh sipemberia dalam hal ini yaitu konselor
2. Gagasan itu harus dinyatakan dalam suatu bentuk untuk dikirim
3. Ada alat untuk mneyampaikan pesan
4. Ganguan-ganguan pesan harus dihindari
5. Pesan harus sampai diterima oleh sipenerima
6. Adanya penafsiran secara tepat oleh pihak penerima
7. Adanya tindak lanjut dari penerima, yaitu melkaukan tindakan

B. Keterampilan Komunikasi
Dalam konseling ada yang namanya keterampilan-keterampilan konseling. Sebab hal ini dianggap penting karen auntuk terlaksananya suatu komunikasi konsleing yang dialogis dengan mengajak klien berpartisipasi secara aktif, selian dari memahami karakter kalin, penguasan materi dan juga menguasai keterampilan komunikasi sangat penting untuk jalannya komunikasi. Untuk itu setelah ini kita akan membahas lebih rinci dan singkat apa itu keterampilan konsleing.
1. Penghampiram
Penghampiran (attending) merupakan keteram[ilan berkomunikasi melalui isyarat-isyarata verbal dan non verbal sehingga dapat menarik perhatian kepada pembicara pada tahap awal. Untuk itu penghampiran ini merupakan keterampilan dasar dalam setiap proses komunikasi yang bersifat dialogis. Hal ini biasanya dilakukan dengan sapaan yang biak dnegan nada yang baik, seperti : “assalamualaikum”, “selamat pagi” , dan lain sebagainya. Hal sepertyi itu dilakukan dnegan cara perkataan yang baik dan sop[an dengan bahasa tubuh yang baik seperti kontak mata, gerak badan dan lain-lain.
Dengan si klien akan merasa diterima dan merasa penting dan merasa dihargai berada di dekat seorang konselor. Keterampilan ini dapat dikebangkan melalui berbagai cara, seperti :
• Ungakapan salam dan sapaan secara sopan
• Penampilan diri dnegan postur fisik yang meyakinkan
• Gerakan fisik yang disertai dnegan perhatian
• Pengakuan
• Memelihara kontak mata
• Mengamati dan meyimak dnegna penuh perhatian

2. Empati
Empati adalah kesedian untuk memahami orang lain secara keseluruhan baik yang tampak maupun yang terkadung khususnya dalam aspek perasaan, pikiran, sdan keinginan. Karen adnegna berempati kita dapat berusaha menempatkan diri kita sedekat mungkin dnegna orang lain. Dengan begitu kita dapat merasakan apa yang dirasakan dan bahkan kita dapat merasa aklau seandainya kita berada dalam situasi seperti tersebut.
Keterampilan ini dapat dilakukan memberikan respon sebagai berikut:
• Sikap menerima dan memahami ungkapan klien, sperti gerak mata, anggukan.
• Memberikan perhatian yang mendalam terhadap ungkapan lain
• Pernyataan yang mengambarkan ungkapa suasana perasaan. Jadi jika sedih.

3. Merangkumkan
Sebagai wujud dari penerimaan kita terhadap ungkapan maka keterampilan yang diperlukan adalah keterampialn mernagkum. Karen adalam berkomunikasi biasanya klien kaan menyampaikannya secara panjang lebar. Untuk itu perlu kiranya kita sebgaai seorang konselor meramkumnya. Dan untuk dapat merangkum maka seorang konselor harus menyimak baik-baik apa yang dikatakan oleh kliennya dnegan baik kemudian membuat rangkuman. Dan untuk selanjutnya adalah menyampaikan sebagai respon konselor terhadap klien. Dengan demikian klien kana merasa diterima, dihargai, dan diakui dan pada gilirannya akan menunjang proses konseling.
Hal ini dapat dilakukan dnegn cara sebgaai berikut:
• Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan ungkapan secara lengkap
• Menunjukkan sikap pemberian perhatian dan menyimaknya dnegna penuh perhatian.
• Membuat catatan-catatan seperlunya untuk merangkum pembicaraan
• Pada akhirnya klien dapat menyampaikan ungkapan-ungkapan konselor memberikan respon

4. Bertanya
Keteampialn bertanya merupakan ketemapilan yang penting dan strategis dalam komunikasi konsleing sebab dapat menentukan kelancaran proses konseling. Jika bertanya dilakukan dengan cara yang kurang tepat maka komunikasi tidak akan berjalan dnegan cara yang efektif. Dan juga sebaliknya. Pertanyaan yang baik dapat merangsang orang lain untuk lebih terbuka, keratif dan berkeinginan untuk berbagi informasi dan pengalaman.
Keterampialn bertanya dapat diekbangkan dnegan memperhatikan bebrapa hal sebgaai berikut:
• Perhatikan suasan konseling dan kleinnya
• Kuasai materi yang berkaitan dnegna pertanyaan
• Ajukan pertanyaan dnegan cara yang jelas dan terarah
• Segera berikan respon balikan terhadap jawaban balikan.

5. Kejujuran
Konselor harus mampu menunjukkan kejujuran dari apa yang diuangkap sehingga data meberikan pesan secara objektif. Untuk itu seorang konselor harus mempu memberikan penyampaiaan secara terbuka tanpa manipulasi. Dengan keterampialn ini konselor dapat menyatakan perasaannya mengenai perasaan klien dengan cara sedemikian rupa sehingga klien dapat menerima tanpa ada rasa tersinggung. Dan keterampialn ini dapat membantu untuk berbagi perasaan terhadap apa yang dikatan atau dilakukan klien dan tetap menjaga hubungan dnegna klien. Respon yang biasa diberikan oleh seorang konselor dengan jujur adalah respon dnegan cara yang ikhlas dan jujur secara emosional dan secara langsung dapat menyatakan perasaan sendiri.
Namun ada empat kondisi yang harus diperhatikan untuk mengemabngkan keterampilan kejujuran, seperti :
• Ungkapan perasaan yang sebenarnya
• Kejadian tertentu yang membuat perasaan itu
• Alasan mengapa berperasaan seperti itu
• Pengaruh perasaan itu terhapad kegiatan selajutnya

6. Asertif
Asertif adalah suatu tindakan dalam membrikan respon terhadap tindakan orang lain dalam bentuk mempertahankan hak asasi sendiri yang mendasar tanpa melanggar hak azasi oran g ain yang mendasar pula. Dalam berkomunikasi konsleing keterampilan ini sangat diperlukan dalam menerima respon kembali dnegn acra sedemikian hingga klien merasa hak asasinya tidak terganggu. Seperti menerima telepon dan lainnya.
Katerampialm ini dapat dikebangkan dnegna cara yaitu ungkapan non verbal dan verbal. Dengan cara non verbal dilakukan dengan kontak mata yang baik, membagi waktu yang baik, penampilan yang tenag. Namun dnegna cara yang verbal seperti; ungkapan perasaan dan kepercayaan secraa jujur, dan menggunakan suara yang jelas dan meyenangkan.

7. Konfrontasi
Keterampialn ini dugunakan untuk memberikan respon terhadap pesan seseorang yang mengadung pesan ganda yang tidak sesuai atau saling bertentangan satu dnegan yang lainnya. Dengan keterampialn ini kita daopat mengkonfontasikan dan merespon pesan ganda klien. Keterampilan ini merupakan cara konselor untuk membetulakn titik perbedaan atau pertentangan dalam situasi sebagai beriku ini :
a. Perbedaan atara apa yang diucapakan dengan apa yang dilakukan
b. Perbedaan antara apa yang dikatakan oleh seseorang dengan apa yang dilaporkan oleh orang lain
c. Perbedaan atara apa yang dikatakan dengan apa yang Nampak
Namun untuk penerapan keterampilan konfrontasi ini sebaiknya memperhatikan hal-hal sebgaai berikut :
• Konselor memiliki pemahaman yang tepat dan bersikap emapati dan jujur
• Harus diperhitungkan agar klien mau menerima dan tidak menerima pertahanan dan perlawanan,
• Harus bersesuai dnegan situasi dan kondisi masalah
• Harus singkat dan tepat sasaran

8. Pemecahan masalah
Hal ini penting karen auntuk membantu klien untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan demikian pihak konseloer harus mengemabngkan suatu mekanisme komunikasi yang memebrikan kesempatan pada klein menyatakan pendapat dan sumbangan pemikiran, menjabarkan, dan emmilih alternative. Ada tujuh tahapan yang harus dilalui dalam pemecahan masalah, seperti :
1. Menjajaki masalah
2. Memahami masalah
3. Membatasi masalah
4. Menjabarkan alternative
5. Memilih alternative yang baik
6. Menerapkan alternative








BAB II
PEMBAGIAN KOMUNIKASI DALAM KONSELING
Komunikasi pada dasarnya melibatkan antara dua pihak yaitu konselor dan konseli (klien) yang berlangsung dalam situasi konseling. Oleh sebab itu keberhasilan konseling sanagt ditentukan oleh keefektivan komunikasi diatara partisipan konseling yaitu konselor, konseli dan juga pihak lain yang terkait. Namun komunikasi atau keterampilan berkomunikasi sangat diperlukan oleh seorang konselor baik secara dialogis atau dialog dengan klien. Komunikasi dialogis merupakan salah satu bentuk komunikasi interaktif antara satu pihak dengan pihak lain melalui pencipataan suatu situasi dalam upaya untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam pembuatan keputusan secara tepat.
Oleh sebab itu, komunikasi dialogis merupakan bentuk komunikasi dua arah atau dua orang individu atau lebih dalam membahas suatu masalah tertentu dengan tujuan tertentu pula. Untuk melaksanakan komunikasi dialogis secara baik diperlukan pemahaman atau penguasaan materi masalah yang akan dikomunikasikan dalam proses konseling. Hal ini diwujudkan dalam penampilan secara efektif dalam suatu proses komunikasi informasi secara tepat.
A. Komunikasi antar pribadi
Komunikasi ini merupakan proses pemberian dan penerimaan pesan antara dua atau lebih dengan melibatkan beberapa pengaruh dan umoan balik. Dalam proses konseling komunikasi antara pribadi perlu dikuasi oleh seorang konselor demi keefektifan konseling. Dalam proses konseling, komunikasi antar pribadi memungkinkan terjadinya interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan klien. Komunikasi ini ditandai dengan adanya:
1. Perkiraan berdasarkan informasi psikologis.
2. Interaksi berdasarkan pengetahuan yang lebih jelas.
3. Interaksi berdasarkan aturan yang dibuat secara pribadi.
Adapun maksud dari adanya komunikasi antar pribadi yakni sebagai berikut:
1. Menemukan diri sendiri.
2. Menemukan diri luar.
3. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain.
4. Mengubah sikap dan perilaku sendiri dengan orang lain.
5. Bermain dan hiburan.
6. Memberikan bantuan.
Agar tercapai keefektifan di dalam komunikasi, hendaknya memeperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu sebagai berikut:
1. Tidak mungkin terhindar dari kehidupan tanpa komunikasi.
2. Semua momunikasi merujuk pada isi dan hubungan di antara partisipan.
3. Komunikasi tergantung pada petukaran antar partisipan atas dasar kesamaan sistem tanda dan makna.
4. Setiap orang berkomunikasi menggunakan rangsangan dan respon berdasrkan sudut pandangnya sendiri.
5. Komunikasi antar pribadi dapat merangsang timbulnya saling meniru dan saling melengkapi perilaku antar idnividu yang satu dengan yang lainnya.
Persepsi
Persepsi adalah proses individu menjadi sadar dan memberi makna terhadap obyek dan peristiwa di luar dirinya melalui bermacam alat dria. Kualitas komunikasi itu sangat ditentukan oleh persepsi masing-masing partisipan. Persepsi dipengaruhi oleh berbgai hal, yakni sebagai berikut:
1. Harapan individu.
2. Kesan pertama.
3. Kesan kelompok.
4. Derajat kesamaan perilaku orang lain.
5. Konsistensi perilaku dalam berbagai situasi.
6. Motivasi internal dan eksternal.
Menyimak
Merupakan aktivitas yang diwujudkan dalam bentuk proses mengirimkan kembali kepada pembicara mengenai pikiran, makna dan isi perasaan pembicara. Fungsi dari menyimak di dalam komunikasi antar pribadi yakni:
1. Membuat pendengar mengecek pemahaman secara tepat.
2. Menyatakan penerimaan pesan pembicara.
3. Merangsang pembicaraan agar memperluas perasaan dan pemikiran.
4. Memberitahukan kepada pembicara mengenai reaksi pendengar.
5. Memberikan bimbingan kepada pembicara untuk menyesuaikan isi-isi pesannya.
Menyimak yang efektif ditandai dengan beberapa hal, yakni sebagai berikut:
1. Berhenti bicara.
2. Tempatkan pembiaraan dengan mudah.
3. Bereaksi secara baik.
4. Konsentrasi pada apa yang sedang dibicarakan.
5. Jangan terlalu tergesa-gesa memberukan tafsiran.
6. Berbagi tanggung jawab dalam komunikasi.
7. Ungkapan dengan cara yang benar.
8. Menyatakan pemahaman.
9. Mengajukan pertanyaan.
10. Bersikap secara baik, misalnya bersahabat, sopan, terbuka, sensitive, dan lain-lain.


Keefektifan
1. Keterbukaan, kesediaan membuka diri, mereaksi kepada orang lain, merasakan pikiran dan perasaan orang lain.
2. Empati, menghayati perasaan orang lain.
3. Mendukung, kesediaan secara spontan untuk menciptakan suasana yang mendukung.
4. Positif, menyatakan sikap positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi.
5. Keseimbangan, mengakui bahwa kedua belah pihak mempunyai kepentingan yang sama, pertukaran informasi secara seimbang.
6. Percaya diri, merasa yakin kepada diri sendiri, bebas dari malu.
7. Kesegaran, segera melakukan kontak disertai rasa suka dna berminat.
8. Manajemen interaksi, mengendalikan interaksi untuk memberikan kepuasan kepada kedua belah pihak, mengelola pembicaraan dnegan pesan-pesan yang baik dna konsisten.
9. Pengungkapan, keterlibatan secara jujur dalam berbicara dan menyimak baik secara verbal maupun non verbal.
10. Orientai kepada orang lain, penuh perhatian, minat dan kepedulian kepada ornag lain.
B. Membuka diri

Yakni tindakan menunjukan diri sendiri sehingga memmbuat oleh orang lain jadi mengenal diri sendiri. Dapat disebut membuka diri jika memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Diri sendiri sebagai isi.
2. Disengaja.
3. Diarahkan kepada orang lain.
4. Jujur.
5. Membuka pikiran.
6. Berisi informasi yang tidak terdapat dalam sumber lain.
7. Berlangsung dalam suasana keakraban.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan adanya membuka diri di dalam komunikasi antar pribadi, yakni:
1. Katarsis, upaya untuk melepaskan informasi diri.
2. Klarifikasi diri, memberikan penjelasan mengenai keyakinan, pendapatan, pikiran, sikap, dan perasaan diri dengan menceritakan kepada orang lain.
3. Validasi diri, untuk memperoleh persetujuan orang lain.
4. Pertukaran, mengajak orang lain membuka diri juga.
5. Pembentukan impresi, membuat kesan tertentu tentang diri sendiri.
6. Pemeliharaan dan peningkatan hubungan, yakni membuat hubungan dengan orang lain menjadi lebih baik dan berkembang.
7. Control social, mengingkatkan pengendalian terhadap orang lain dan situasi di mana diri sendiri berhubungan dengan orang lain.
8. Manipulasi , melakukan pembukaan diri dengan diperhitungkan sebelumnya untuk mencapai hasil yang diinginkan.

C. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal merupakan bentuk komunikasi yang ikut mewarnai corak konseling sebagai suplemen (tambahan), komplemen , dan subtitusi (pengantian) komunikasi verbal. Oleh karean itu seorang konselor harus memiliki pemahaman dan keterampilan dalam komunikasi non verbal. Namun ada bebrapa aspek perilaku dalam komunikasi non verbal, sebagai berikut :
1. Menggunakan Waktu
a. Rekognisi, ketepatan waktu atau mengulur waktu dalam mengenal kehadiran orang lain atau dalam memberikan respon terhadap komunikasi mereka.
b. Prioritas:
1) Sejumlah waktu yang digunakan untuk berkomunikasi dengan seseorang.
2) Sejumlah waktu yang relative yang digunakan untuk topic-topic yang bebas.

2. Menggunakan Badan
a. Kontak mata
1) Melihat obyek yang spesifik.
2) Melihat ke bawah.
3) Mentap kepada orang lain.
4) Menyorotkan pandangan dengan tajam.
5) Mengalihakan mata dari saru obyek ke obyek lain.
6) Melihat kepada orang lain, tetapi segera memalingkan diri apabila terlihat.
7) Menututp mata dengan tangan.
8) Berulang-ulang memandang kepada orang lain.

b. Mata
1) Berkilauan.
2) Meneteskan air mata.
3) Membelalak.
4) Posisi kelopak mata.

c. Kulit
1) Pucat
2) Berkeringat
3) Kemerah-merahan.
4) Tegak bulu roma.
d. Postur tubuh
1) Bersemangat, siap melakukan aktivitas.
2) Berbungkuk, kumal, nampak letih, merosot.
3) Tangan bersilang, di depan seperti melindungi diri.
4) Menyilangkan kaki.
5) Duduk mengahdapi orang lain atau duduk di samping atau menghindar.
6) Mengangkat kepala, melihat ke lantai, menundukan kepala.
7) Posisi tubuh untuk menghindari orang lain untuk bersama dalam kelompok.

e. Ekspresi wajah
1) Tidak ada perubahan.
2) Mengerutkan dahi (tanda kekhawatiran).
3) Mengerutkan hidung.
4) Senyum, tertawa.
5) Mulut yang sedih.
6) Mengigit bibir.
f. Tangan dan isyarat bahu
1) Tangan simbolik dan isyarat bahu.
2) Isyarat tangan dan bahu untuk menunjukkan ukuran atau bentuk.
3) Menunjukan bagaimana sesuatu terjadi atau bagaimana melakukan sesuatu.
g. Perilaku membebani/menyakiti diri
1) Mengigit kuku.
2) Manggaruk-garuk.
3) Menekan ibu jari.
4) Menarik rambut.
5) Menggosok atau memukul tangan.
h. Perilaku repetitit
1) Menghentak-hentak kaki, atau memukul-mukul dengan jari.
2) Berjalan bolak-balik.
3) Gemetar.
4) Mempermainn kancing, rambut, atau baju.
i. Petunjuk atau perintah
1) Membunyikan jari.
2) Meletakan jari ke bibir untuk memerintahkan diam.
3) Menunjukkan.
4) Mebeberkan jari untuk menunjukan ketidak setujuan.
5) Mengangkat bahu.
6) Melambaikan tangan.
7) Mengangguk dalam pengenalan.
8) Mengedipkan mata.
9) Mengangguk tanda setuju, emnggelengkan kepala tanda ridak setuju.
j. Sentuhan
1) Untuk mendapat perhatian.
2) Penuh kasih sayang, penawaran.
3) Hal-hal yang bersifat seksual.
4) Menentang, seperti menonjok pada dada.
5) Symbol persahabatan, seperti menepuk punggung.
6) Meremehkan, seperti sentuhan di atas kepala.
k. Penampilan serba rapih danbagus
1) Derajat kebersihan.
2) Keharuman.
3) Dandanan.
4) Warna dan penata rambut.
3. Menggunakan Media Vokal
a. Tekanan suara
1) Datar, monoton, tanpa perasaan.
2) Terang, gamblang dalam perubahan nada suara.
3) Kuat, meyakinkan, mantap.
4) Lemah, ragu-ragu, gemetar.
5) Terpatah-patah, bimbang.
b. Kecepatan bicara
1) Cepat.
2) Sedang.
3) Lambat.
c. Kekerasan suara
1) Keras
2) Sedang
3) Lemah lembut
d. Gaya bicara
1) Tertib atau sembrono.
2) Keragaman regional.
3) Keajengan gaya bicara.

4. Menggunakan Lingkungan
a. Jarak
1) Menjauh apabila yang lain mendekat.
2) Mendekati apabila ada yang menjauh.
3) Mengambil inisiatif dalam mendekat atau menjauh.
4) Membuat jarak secara bertahap semakin meluas.
5) Membuat jarak secara bertahap makin menyempit.
b. Pengaturan penata fisik
1) Rapi, tersusun rapi, tertata dengan baik.
2) Berantakan, sembarangan, tidak terpelihara.
3) Biasa atau formal.
4) Warna yang hangat atau dingin.
5) Bahan-bahan yang lembut atau keras.
6) Susunan teratur rapi atau beraneka ragam.
7) Menyenangkan dan hidup atau kotor dan membosankan.
8) Selera menyenangkan atau mentereng tak berharga.
9) Mahal, mewah atau sederhana.
c. Pakaian
1) Tebal atau tipis.
2) Bergaya atau biasa-biasa saja.
d. Posisi dalam ruang
1) Melindungi posisi sendiri dengan obyek tertentu seperti kursi, atau meja antara diri sendiri dan orang lain.
2) Mengambil posisi yang terbuka dan bebas seperti berada pada posisi di tengah ruangan, dalam sofa yang berdampingan, atau kursi-kursi yang tanpa penghalang.
3) Mengambil posisi yang berhadapan atau menguasai.
4) Perpindahan dalam ruangan.
5) Bergerak keluar masuk ke dalam wilayah orang lain.
6) Berdiri apabila ada orang lain duduk, atau mengambil posisi yang lebih tinggi dari orang lain.




Referensi
Hari Setiawan. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya : Karya Gemilang Utama
Jalaliddin Rakhmat. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Moh. Surya. 2003. Psikologi konseling. Bandung : Pustaka bani Quraisy

empati, refleksi,eksplorasi dalam konseling individual

BAB II PEMBAHASAN
EMPATI

A. Pengertian Empati

Pada dasarnya konselee yang kita hadapi biasanya hanya menampilkan diri mereka sebagian saja dan tidak utuh. Bahkan seringkali mereka berusaha menutupi sebagian besar diri mereka. Konselee jarang menampilkan dunia dalam diri mereka, kecuali teerhadap orang yang mereka percayai. Orang yang mendapatkan kepercayaan ini adalah orang yang dapat memahami dan merasakan isi pikiran, pengalaman hidup, maupun perasaan mereka.
Oleh sebab itu keberhasilan konseling sangat ditentukan oleh kemampuan kita berempati. Jika kita mampu berempati terhadap konselee, maka konselee akan lebih terbuka. Dengan demikian, konseling pun akan berjalan dengan lebih lancar sesuai dengan klien yang terbuka dan jujur terhadap konselor.
Dan Zimmer menjelaskan juga dalam bukunya Willis (2004), bahwasanya konselor yang menggunakan empati cendrung mengunakan attending dimana komponen di dalamnnya juga mengunakan empati seperti kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Oleh sebab itu empati sangat dekat sekali dengan attending, paraphrasing, dan refleksi feeling. Dan bahkan atennding juga amat besar perannya dalam empati.
Secara harfiah, empati adalah seseorang masuk ke dalam diri orang lain dan menjadi orang lain agar merasakan dan menghayati orang lain, maka kan timbul penilayaan bahwa orang tersebut mustahil bisa melakukan hal tersebut. Sebab menurut pengertian secara harfiah itu orang masuk ke dalam orang lain, jadi hal itu tidak mungkin.
Menurut Carl Rogers empati bukanlah sesuatu yang sifatnya kognitif, namun meliputi emosi dan pengalaman. Oleh sebab itu empati juga harus harus di pahami lewat arti kata. Empati verasal dari “einfiihlung” yang banyak di tulis oleh psikolog Jerman untuk menjelaskan mengenai “memasuki perasaan orang lain (feeling into).” Namun ada juga yang mnegatakan bahwa empati berasal dari Yunani yakni”pathos” yang artinya perasaan yang mendalam atau kuat dan yang menyerupai perkataan menderita serta ditambah dnegan imbuhan kata “in” atau “em”. Hal ini hampir sama dnegna simpati. Namun jika simpati hanya perasaan di luar saja sedangkan empati memiliki arti yang lebih mendalam memahami orang lain.
Mengenai empati ini,George & Cristiani (1981) dalam Singgih D. G. (2004), mengemukakan bahwa empati adalah kemampuan untuk mengambil kerangka berpikir klien sehingga memahami tepat kehidupan dunia dalam makna-maknanya dan bisa dikomunikasikan kembali dnegan jelas terhadap klien.
Menurut Carl Rogers (1961) yang dikuti dari Willis (2010) mengartikan empati sebagai kemampuan merasakan dunia pribadi klien, merasakan apa yang dirasakan tanpa kehilangan kesadaran diri. Untuk itu empati memiliki komponen sebagai berikut :
a. Positive regard/ Penghargaan positif
b. Respeck / rasa hormat
c. Warmth/ kehangatan
d. Concreteniss / kekonkritan
e. Immediacy/ kesiapan, kesegaran
f. Confrontation/konfrontasi
g. Congruence/ keaslian
Empati adalah sebuah kemampuan untuk melihat, memahami, dan merasakan sesuatu hal yang terjadi pada diri orang lain dari sudut pandang orang lain tersebut; bukan dari sudut pandang kita sendiri. Dan Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Agar dapat membantu konselee, maka kita harus dapat memahami diri dan dunia konselee tersebut dari sudut pandang si konselee. Anda harus memberikan keyakinan pada diri konselee bahwa anda memahami keadaan dan perasaan konselee yang unik.
Hampir sama dengan apa yang diungkap oleh Edi Kurnanto (2007:65), bahwa empati itu adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan oleh klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan uantuk atau tentang klien.
Carkhuff (1989) mengemukan ada lima tingkatan empati. Dari tingkatan tersebut, level 1-3 merupakan empati untuk menyalurkan perasaan-perasaan negatif destruktif klien. Sedangkan level 4-5 adalah empati tambahan yang bersifat akurat,, mendalam, dan keterbukaan diri yang lebih kuat.
Namun secara mendalam empati merupakan suatu arus atau aliran antara klien dan konselor. Dan kebanyakan merupakan proses bantuan yang diberikan seperti berikut ini:
• Mendengar dan memperhatikan dengan penuh hati-hati
• Menilai ketetapan dalam berkomunikasi
• Bertanya kepada klien.
Dengan demikian empati itu adalah bagaimana seorang konselor dapat menyatukan dirinya dnegan seorang klien baik perasaaan, pengalaman maupun pemahaman. Dan empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati. Keterampilan melakukan empati harus selalu dilatih; agar kita sebagai konselor tetap peka terhadap berbagai emosi yang dirasakan konselee dan mudah dalam memahami isi atau jalan pikiran mereka. Willis (2004) menyebutkan bahwa empati terhadap perasaan, pikiran, dan pengalaman hidup konselee dapat dilakukan dengan empati dasar (primer) maupun dengan empati yang lebih mendalam dan menyentuh.
B. Tujuan Empati dan Contoh Empati
Adapaun tujuan dari empati yang digunakan oleh konselor adalah agar calon konselor mampu memasuki dunia dalam klien melalui ungkapan-ungkapan empati baik itu empati primer maupun empati tingkat tinggi yang menyentuh perasaan klien. Jika demikian keadaannya maka klien akan terbuka dan mau mengungkapkan dunia dalamnya lebih jauh. Baik itu perasaan, pengalamnnya, dan pikirannya.
Dengan demikian seorang konselor harus mampu membawa perasaan dan mengungkapnya hingga ke bagian dalam klien agar si klien lebih terbuka dan dapat diterima sebagai konselee. Dengan begitu klien bisa secara baik mengungkapkan apa yang dia rasakan oleh klien. Latihan berempati melibatkan kemampuan memasuki dunia konselee melalui ungkapan-ungkapan empati yang sekiranya dapat menyentuh perasaan dan memperlihatkan pada konselee akan kepedulian kita pada mereka. Kemampuan anda melakukan empati akan membuat konselee bersikap terbuka. Dengan demikian, konselee akan bersedia mengungkapkan dunia dalam dirinya dengan cara yang jauh lebih baik. Dunia dalam diri ini dapat berbentuk isi pikiran, emosi, maupun pengalaman hidupnya yang tersembunyi; dan bahkan sisi kelam dalam dirinya.
Dan untuk lebih lengkapnya ada dua macam empati adalah sebagai beriku :
a. Empati primer/ Primery Emphaty (PE), yaitu suatu perasaan bagaimana masuk ke dunia dalam klien merasakan apa yang diarasakan, dan dnegan perilaku attending . Jadi bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka. Contoh ungkapan empati primer : “Saya mengerti keinginan Anda”, “Saya dapat memahami pikiran Anda”, “Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”. Atau seperti ini, “anda merasa tidak aman ketika melihat dia. Saya merasakan perasaan anda. Akan teteapi anda memiliki kekuatan untuk bangkit dan pergi meninggalkannya.”
b. Empati tingkat tinggi yang lebih akurat/ Advanced Accurate Emphaty (AAE), yaitu konselor memberi empati yang lebih mendalam dan mengena sehingga pengaruhnya terasa lebih mendalam pada diri klien, dan pada gilirannya lebih emmbangkitkan suasanan emosional klien. Jadi empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.
Misalnya:
• “saya ikut terluka dengan penderitaan anda. Namun saya juga bangga dengan kemampuan daya tahan anda.”
• “saya ikut terhina dnegan pengalaman keji yang anda alami namun saya salut terhadap keuletan anda memberla kebenaran.” Atau seperti ini, “saya merasakan perasaan cemas yang anda alami. Saya ikut terluka dengan peristiwa tersebut. Namun saya terkesan dengan kekuatan anda untuk bangkit meninggalkan dia.”
Hal diatas tersbutlah contoh empati yang terbagi ke dalam dua macam. Yaitu empati primer dan empati tingkat tinggi. Dan jika ditanya mana yang paling baik antar keduanya, dapat dikatakan semuanya baik. Namun tergantung kepada masalah apa yang di hadapi klien dan juga tergantung kepada klien yang seperti apa yang datang ke konseloor. Mengapa demikian?. Sebab klien yang datang ke kita sebagai seorang konselor banyak karakteristiknya. Aneka ragam klien yang datang ke konselor ini ada 4 ragam, yakni :
a. Klien suka rela, jika klien yang datang ke konselor dnegan kerelaan hatinya, mungkin bisa digunakan empati yang primer sebab kemungkinan klien yang datang dengan suka rela, dia tidak terlalu membutuhkan pengutan yang lebih dnegan empati.
b. Klien terpaksa, jika yang datang klien yang seperti ini maka dapat digunakan empati yang tingkat tinggi agar dia lebi merasa di terima di sana.
c. Klien enggan. Sama juga menggunakan empati tingkat tinggi.
d. Klien bermusuhan, hal ini dapat menggunakan empati tingkat tinggi. Sebab klein ini memiliki sifat tertutup, menentang, bermusuhan dan senolak secara terbuka. Jika demikian adanya maka dapat digunakan empati tingkat tinggi. Agar si klien merasakan respeck dari konselor.
Dan dengan empati PE dan AAE konselor akan mampu mengali keterbukaan diri klien. Hal ini membuat perasaan klien terbuka lalu menyatakan perasaannya dengan bebas dan terus bergerak ke arah pemahaman dan penyadaran diri. Akibatnya adalah klien menjadi rasional dalam menghadapi maslaah sehingga melahirkan rencana-rencana yang realistis untuk mengatasinya.
Lain halnya dengan yang diungkap oleh Wilis di atas, May Rollo (2003) dalam bukunya Seni Konseling, yang menyatakan bahwa empati itu ada dua. Yaitu empati dasar dan empati lebih mendalam. Yang pertama adalah empati dasar, sebagai contoh dari pernyataan-pernyataan yang menunjukkan bahwa kita berempati dengan empati dasar adalah ucapan seperti ”Ya, ibu paham kenapa kamu sampai melakukan hal itu’’ |atau ’’Kamu merasa frustasi karena sudah belajar keras, tapi tetap tidak lulus tes’’. Empati dasar semacam ini merupakan tanggapan atas pemahaman dan penemuan kita pada emosi konselee secara tepat. Dengan begitu seorang konseli harus mampu memberikan empati yang tepat.
Yang kedua adalah empati yang lebih mendalam dan menyentuh misalnya adalah ”Aduh, ibu ikut sakit hati atas apa yang terjadi padamu sekarang. Tapi ibu juga bangga sekali, kamu bisa menjalani cobaan ini dengan tabah’’ atau ’’Tentunya menyakitkan jika kamu sudah berusaha keras untuk lolos tes tapi tetap saja gagal”. Kamu merasa tertekan, dan bahkan mengasihani dirimu sendiri atas kegagalanmu ini’’. Ungkapan empati yang lebih mendalam semacam ini merupakan langkah lebih lanjut dalam menggali diri konselee dengan menggali emosi yang lebih dalam dan memberikan arti terhadap ekspresi konselee.
Dalam dunia konseling, pada dasarnya seorang konselor bekerja atas dasar dan melalui proses empati. Pada proses konseling, baik konselor maupun klien dibawa keluar dari dalam dirinya dan bergabung dalam kesatuan psikis yang sama sehingga emosi dan keinginan keduanya menjadi bagian dari kesatuan psikis yang baru. Oleh sebab itu seorang konselor di tuntut untuk mempu menpergunakan empati baik empati primer maupun empati tingkat tinggi. Dan untuk lebih baiknya kita tahu bagaimana cara seorang konselor berempati yang akan dibahasa di bawah ini.
C. Cara Berempati
Keberhasilan empati adalah jika klien dapat memahami empati konselor, sehingga dia percaya diri untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalahnya. Untuk itu sebagai seorang konselor harus bisa memberikan empati yang efektif untuk mencapai tujuannya, yaitu merasakan apa yang dirasakan klien. Dengan demikian empati merupakan latihan yang snagat penting bagi konselor. Hal ini agar konselor memiliki kepribadian yang mampu berkomunikasi dengan klien dan dapat berkomunikasi yang baik dengan klien.
Dan untuk dapat merasakan apa yang dirasakan klien, dipikirkan dan dialami klien, seorang konselor haruslah berusaha, sebagai berikut :
• Melihat kerangka rujukan dunia-dalam klien atau kehidupan internal klien
• Menempatkan diri kedalam persepsi internal klien.
• Merasakan apa yang dirasakan klien.
• Berpikir bersama klien, bukan berpikir tentang atau uuntuk klien
• Menjadi kaca emosional /cermin perasaan klien
Dengan usaha yang dilakukan di atas maka konselor akan dapat memberi kenyamanan kepada klien dan setelah itu klien pun akan leluasa memberikan atau mencurahkan isi hatinya. Karena jika konselor perpikir seperti yang diatas kemungkinan kecil untuk tidak memeotong pembicaraan klien.
Dan empati ini dilakukan oelh seorang konselor dengan menggunakan keterampilan mempengaruhi dengan komponen-komponennya, keterbukaan diri, pengarahan, dan penafisran. Sebab dnegan adanya komponen tersebut maka empati akan menjadi mendalam dan akuran serta nilainnya tinggi sehingga segera dapat mengubah perilaku klien.
Dengan usaha seperti diatas maka barulah klien melakukan empati. Sebab dengan empati yang akan berhasil jika klien dapat memahami empati konselor. Sehingga di apercaya diri untuk mengembangkan/ mencurahkan dan memecahkan masalahnya. Dan untuk itu berikut ini akan ada cara berempati yang baik yang dikemukan oleh Sofyan S. Wilis dalam bukunya yang berjudul Konseling Individual Dalam Teori Dan Praktek. Yakni sebagai berikut:
a. Mengosongkan pikiran
• Kosongkan pikiran dari rasa/sikap egoistik
• Amati bahasa tubuh klien, seperti emosi, air muka (mimik), gerak isyarat, dan gerakan yang membawa pesan emosional.
• Rasakan kehidupan emosi klien, dan berusaha berada dalam kehidupan internal klien.
• Amati verbal klien yang membawa emosi.
• Intervensi dengan persyaratan efektif, sesuai dnegan keadaan emosi klien (refleksi feeling).
Dari urutan kegiatan di atas ada dua langkah penting untuk memahami emosi klien melalui empati. Yakni : pertama secara tepat merasakan dunia klien melalui perilakunya. Yang kedua adalah secara verbal konselor berbagi pengalaman dengan klien. Dan jika ingin tahu bagaimana tebakan tentang emosi klien itu benar dan jitu. Yaitu jika klien tersebut berkata “yah, itu yang saya maksud.”
Jadi dengan demikian untuk dapat memahami emosi klien, seorang konselor harus melewati empati. Termasuk di dalmnya empati dengan cara masuk langsung ke dunia klien melalui perilakunya. Seperti misalnya konselor melihat perilaku klien saat memberikan wawancara. Dengan demikian akan memeudahkan konselor ikut dalam pikiran klien. Yang kedua adalah mengikuti alur yang dikatakan klien (verbal klien). Jika klien merasa sedih dan mimiknya juga sedih maka konselor juga harus demikian. Jangan sampai jika klien mnegatakan atau menceritakan pengalamannya yang sedih, lalu konselor tersenyum atau tertawa. Hal ini tidak akan membuat klien nyaman.
BAB III
REFLEKSI

A. Pengertian Refleksi dan Latihan Refleksi
Pada dasarnya refleksi itu adalah suatu jenis teknik konseling yang sangat penting dalam hubungan konseling. Sebab hal itu dapat digunakan dalam menangkap perasaan, pikiran dan pengalaman klien kemudian merefleksikannya kepada klein kembali. Hal ini harus dilakukan oleh seorang konselor sebab klien sering tidak menyadari akan perasaan, pikiran, dan pengalaman yang mungkin menguntungkan atau merugikan bagi diri klien sendiri.
Namun jika dia menyadari akan perasaannya, maka mungkin klien akan mengubah perilakunya ke arah yang positive. Akan tetapi tidak lah mudah bagi seorang calon konselor untuk menangkap dan memahami perasaan, dan pikiran klien serta pengalaman, lalu mengungkapkannya kembali kepada klien dengan bahasa konselor sendiri. Sebab hal ini jika salah maka akan mengecewakan klien. Oleh sebab itu seorang konselor penting untuk berkonsentrasi.
Untuk itu menurut Sofyan S. Willis. Refleksif merupakan keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan pikiran dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadapn prilaku klien sebagai hasil pengamatan terhadap prilaku verbal dan non verbalnya.
Dan berbeda dnegan apa yang diungkap oleh Edi Kurnanto dalam bukunya yang berhudul Langkah-Langkah Penangan Kasus Konseling, mengatakan bahwa refleksi adalah tekni untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap tingkah laku klien verbal maupun non verbal.
Refleksi adalah menangkap isi pikiran, perasaan, dan pengalaman konselee yang kita amati baik dari segi bahasa lisan maupun bahasa tubuh; kemudian memantulkan (merefleksikan) kembali hasil pengamatan kita tersebut kepada konselee. Refleksi merupakan suatu hal yang sulit dilakukan karena menyangkut persepsi kita terhadap keadaan klien dari setiap tutur kata maupun gerakan yang dilakukan konselee. Kita harus berusaha mengetahui isi pembicaraan konselee, sekaligus membaca apa yang sejujurnya sedang ia katakan kepada kita. Dengan kata lain, upaya refleksi merupakan upaya menggambarkan kembali isi komunikasi seseorang secara menyeluruh. Kesulitan mempersepsi ini dapat terjadi karena tidak jarang konselee mengatakan suatu hal tetapi bahasa tubuhnya menyertakan hal yang bertentangan. Misalnya konselee menyatakan bahwa ia dalam keadaan yang baik-baik saja, tetapi matanya berkaca-kaca, atau menarik napas dalam, atau hidungnya kembang-kempis.
Jadi dengan demikian, dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa refleksi adalah teknik untuk menentukan kembali kepada Klien tentang perasaan, pikiran dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya dan refleksi dapat tercapai jika dalam konseling terdapat keterbukaan, kerelaan, tidak ada ketegangan, kedekatan, dan objektivitas. Oleh karena itu, konselor harus mengupayakan agar hal tersebut terjadi dalam konseling yang dilakukannya. Isi dari refleksi adalah memberikan umpan balik tanpa memberikan penilaian, tanpa peduli apakah yang dikemukakan konselee kita ini baik maupun buruk. Respon yang kita berikan terhadap isi komunikasi yang tidak terekspresikan atau gerakan tubuh ini akan membuat konselee mempelajari atau menemukan hal-hal baru yang belum mereka sadari berkaitan dengan permasalahan mereka.

B. Materi Refleksi dan Tujuan
Dalam teknik refleksi seorang konselor dapat menggunakan beberapa materi atau beberapa contoh latihan berikut ini. Namun untuk materi latihan sendiri konselor dapat menggunakan, sebagai berikut :
a) Mengamati bahasa lisan klien
b) Mengamati perilaku non verbal
c) Setelah itu baru merefleksikan perasaan, pikiran, atau pengalaman klien dnegan bahsa konselor sendiri. Namun tidak harus bersamaan antara pikiran, pengalaman, atau pun perasaan.
Nah, dengan demikian seorang konselor dapat lebih memudahkan untuk merefleksikan pikiran, perasaan, dan pengalaman klien.
Refleksi dapat tercapai jika dalam konseling terdapat keterbukaan, kerelaan, tidak ada ketegangan, kedekatan, dan objektivitas. Oleh karena itu, konselor harus mengupayakan agar hal tersebut terjadi dalam konseling yang dilakukannya. Isi dari refleksi adalah memberikan umpan balik tanpa memberikan penilaian, tanpa peduli apakah yang dikemukakan konselee kita ini baik maupun buruk. Respon yang kita berikan terhadap isi komunikasi yang tidak terekspresikan atau gerakan tubuh ini akan membuat konselee mempelajari atau menemukan hal-hal baru yang belum mereka sadari berkaitan dengan permasalahan mereka. Contoh dari refleksi adalah : Saat konselee berkata ’’Akan kupukul dia’’ maka kita mengatakan ’’Rupanya kamu marah sekali ya..’’
Dengan banyak latihan seorang konselor dapat memberikan refleksi yang baik kepada kliennya. Dengan demikian tujuan dari latihan refleksi adalah untuk memeberikan kemampuan dan keterampilan kepada calon konselor agar dia dapat merefleksikan perasaan, pikiran dan pengalaman melalui pengamatan perilaku verbal dan non verbal.

C. Contoh Refleksi Dan Aspek-Aspeknya
Untuk meyakinkan apakah respon yang diberikan konselor tepat atau tidak, konselor hendaknya melakukan pengecekan kembali dengan cara mengamati jawaban dan ekspresi klien setelah respons itu disampaikan.Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu:
Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan. Klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal Klien. Suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang esensial (perlu) itu adalah refleksi perasaan. Hal ini merupakan teknik penengah yang bermanfaat untuk digunakan setelah hubungan permulaan dibuat dan sebelum pemberian informasi dan tahap interpretasi dimulai. Untuk itu perasan itu seperti : positif, negative dan ambivalen.
Manfaat refleksi perasaan anatara lain adalah sebagai berikut:
a. Membantu individu untuk merasa dipahami secara mendalam
b. Klien merasa bahwa perasaan akan menyebabkan tingkah laku
c. Memusatkan evaluasi pada klien
d. Memperjelas cara berfikir klien
e. Menguji keadaan motif-motif klien
Sebagai contoh adalah sebagai berikut ini :
• “Tampaknya yang Anda katakan adalah…. “ atau
• “Barangkali anda merasa..”. atau
• Juga barangkali anda merasa..”
a. Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat Klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal Klien. Contoh :
• “Tampaknya yang Anda katakan….”.
• “nampaknya yang anda akan katakan adalah...”.
• Atau adakah yang anda maksud..”.”
b. Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman Klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal Klien. Contoh :
• “Tampaknya yang Anda katakan suatu…..”.
• “barang kali yang anda utarakan adalah...”. atau
• “ adakah yang anda maksudkan adalah sebuah peristiwa ”
Contoh dari refleksi adalah : Saat konselee berkata ’’Akan kupukul dia’’ maka konselor mengatakan ’’Rupanya kamu marah sekali ya.’’
Aspek-aspek keterampilan refleksi perasaan adalah:
a) Mengamati perilaku klien. Pengamatan ini terutama ditujukan pada postur tubuh dan ekspresi wajah klien.
b) Mendengarkan dengan baik. Penekanannya pada usaha mendengarkan dengan cermat intonasi suara klien dan kata-kata yang diucapkan.
c) Menghayati pesan yang dikomunikasikan klien.Tindakan ini dimaksudkan untuk memahami dan menangkap isi pembicaraan klien.
d) Mengenali perasaan-perasaan yang dikomunikasikan klien.
e) Menyimpulkan perasaan yang sedang dialami klien.
f) Menyeleksi kata-kata yang tepat untuk melukiskan perasaan klien.
g) Mengecek kembali perasaan klien.

Adapaun untuk contoh dialog adalah sebagai berikut:
Klien : “saya takut masuk sekolah karena pasti guru akan memarahi saya. Tapi jika saya tidak masuk sekolah ayah saya pasti akan marah besar.”
Kons : Perasaan_ “Nampaknya anda sungguh sangat merasa sangat tertekan saat ini.”
Pikiran_ “Nampaknya anda sangat takut.”
Pengalaman_“Nampaknya yang anda katakan peristiwa yang.....”

ATAU
Klien : Guru itu sialan, saya membencinya. Saya tidak akan mengerjakan PR-nya. Saya tidak akan mengerjakan bagaimana pun juga. “
Kons : “Tampaknya anda sungguh-sungguh marah.”


















BAB IV
EKSPLORASI

A. Eksplorasi dalam Konseling
Pada kenyataanya kesulitan yang terjadi kepada klien itu adalah mengungkapkan perasaan, pikiran, dan pengalamannya kepada konselor karena ada perasaannya seperti malu, takut, segan, curiga, tertutup dan berbagai halangan lainnya. Ditambah lagi dengan faktor budaya bangsa sebagaimana kita ketahui bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa bekas penjajahan terdahulu. Oleh sebab itu banyak masyarakat kita yang belum memiliki kebranian untuk mengatakan atau mengeluarkan isi hati dan perasaannya terhadap orang lain termasuk keluarganya sendiri.
Dengan adanya hubungan yang dibangun atas dasar ingin membantu klien inilah seharusnya dapat mengatasi semua kendala di atas. Yaitu dengan upaya membuat klien terbuka, merasa aman untuk berpartisipasi didalam dialog. Dan salah satu upaya konseling adalah dnegan menggunakan teknik eksplorasi.
Menurt Willis eksplorasi adalah keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman dan pikiran klien. Dengan demikian eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman Klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak Klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya.
Sedangkan menurut Edi Kurnanto (2009) mendefenisikan eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran dan pengalaman klien. Dan menurutnya pula eksplorasi ini penting dilakukan karena banyak klien atau konselee menyimpan rahasia batin, menutup diri atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan demikian tekni eksplorasi ini memumungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut tertekan dan terancam.
Dengan demikian eksplorasi adalah teknik yang dihunakan oleh konselor untuk memecahkan masalah klien dengan cara menggali perasaan, pikiran dan pengalaman klien. Dengan begitu klien dapat memaparkan masalah yang ada dalam dirinya hingga tidak ada lagi kesulitan untuk memaparkannya.

B. Keberhasilan Eksplorasi Dan Macam Eksplorasi
Dengan teknik ini memugkinkan Klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu :
a. Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan Klien yang tersimpan. Contoh : “Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan…….”
b. Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat Klien. Contoh : “Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang seKonselorlah sambil bekerja”
c. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman Klien. Contoh : “Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda”.
Seorang konselor dapat dikatakan berhasil dalam mengeksplorasi kliennya atau dalam latihan mikronya jika:
a) Calon konselor mampu berkomunikasi dengan klien dengan menggunakan kata/kalimat yang dapat emnggugah perasaan, pikiran, dan pengalamannya sehingga dnegan jujur mengunggkapkan secara dalam dan rinci.
b) Agar para calon konselor mampu membuat rasa aman terhadap diri klien sehingga di aterbuka, jujur, dan berpartisipasi dalam konseling.
Jika yang dibahas di muka terdapat pada klien maka kemungkinan besar konseling dapat berjalan dnegna baik. Untuk itu konselor harus banyak berlatih agar dapat mengungkap atau eksplorasi klien agar terbuka dengan masalah yang di hadapinya. Seorang calon konselor harus banyak latihan untuk dapat memberikan teknik eksplorasi ini dnegna kliennya. Dan berikut ini beberapa materi untuk latihan dnegan klien. Yakni :
• Latihan membuat kalimat-kalimat atau kata-kata yang mampu kiranya menggali perasaan, pikiran dan pengalaman klien. Misalnya dengan kata atau kalimat berikut ini :
_ “Apakah yang anda rasakan saat ini?”
_ “Bisakan mengungkapkan rasa kecewa anda secara rinci?”
_ “Bagaimana pengalaman pahit itu anda alami?”
_ “Dapatkan saudara mengemukakan pendapatnya tentang hal ini?”
• Latihan membuat konselor agar merasa aman, jujur, dan terbuka. Yaitu dnegan mengungkapkan pribadi yang jujur, terbuka dan pelindung. Misalnya:
_ “Anda akan merasa aman disini, karena saya akan memelihara rahasia anda.”
_”Saya percaya bahwa anda akan berkata jujur dan tulus tentang hal itu.”
Dan untuk menguasai teknik eksplorasi secara baik, maka para calon konselor harus diberikan latihan konseling mikro dalam teknik eksplorasi tersebut, seperti yang terdapayt dalam materi latihan. Hal ini bertujuan agar:
• Calon konselor mampu menyusun kata atu kalimat yang dapat mengugah perasaan, pikiran dan pengalaman klien sehingga ia menjadi terbuka untuk menjelaskan secara rinci.
• Agar calon konselor berlatih untuk membuat klien merasa aman, jujur, terbuka, untuk mendiskusikan tentang diri dan masalahnya.












BAB V
P ENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum seorang konselor harus memiliki berbagai keterampilan atau teknik-teknik konseling yang digunakan dalam proses konseling. Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor yaitu Perilaku Attending, Empati, Refleksi, Eksplorasi, Menangkap Pesan Utama (Paraphrasing), Pertanyaan Terbuka (Opened Question), Pertanyaan tertutup (Closed Question), Dorongan minimal (Minimal Encouragement), Interpretasi, Mengarahkan (Directing), Menyimpulkan sementara (Summarizing), Memimpin (Leading), Fokus, Konfrontasi, Menjernihkan (Clarifying), Memudahkan (Facilitating), Diam, Mengambil inisiatif, Memberi nasehat, Pemberian informasi, Merencanakan, Menyimpulkan.
Dari segudang teknik tersebut diatas, dalam makalah ini hanya khusus membahas tentang empati, refleksi dan eksplorasi. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya empati adalah sifat konselor tentang merasakan apa yang diarasakan klien, masuk dke dalam pikiran klien. Sedangkan refleksi adalah kemampuan seorang konselor untuk mengungkapkan kembali apa yang dikemukan oleh klien dnegan bahasanya sendiir.
Dan tidak jauh dari keduanya tersebut eksplorasi adalah kemampuan konselor untuk lebih emnggali lagi berbagai hal masalah yang belum dikemukan oleh klien. Hal ini dapat ditandai dengan belum jelasnya titik temu permasalahan klien.

B. Kritik dan saran
Setelah menyelesaikan makalah ini pasti banyak kekurangan daripada kelebihannya. Terutama karena penulis kurang pengalaman dan kurangnya membaca literature yang ada. Sehingga membuat makalah ini kurang sempurna dan bahkan tidak sempurna. Belum lagi ada wacana pembaca yang kurang setuju dengan apa yang penulis tuliskan dalam makalah ini.
Oleh sebab itu penulis sangat membutuhkan saran dan kritik yang sangat membangun makalah. Kelak agar makalah ini dapat berguna bagi pembaca danmakalah supaya lebih baik lagi.
Bagi siapa saja yang bermaksud untuk memperbaiki tulisan atau isi dari makalah ini penulis apresiasikan dengan baik. Dan penulis sangat berterima kasih, jika memang ada yang ingin berkomentar dan memperbaiki. Atas saran dan kritiknya penulis ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual: Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
May, Rollo. 2003. Seni Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifin, HM. 2003. Teori-teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta: PT Golden Teravon Press.
Sugiharto.(2005. Pendekatan dalam Konseling (Makalah). Jakarta : PPPG. Bersumber dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com /18/03/2011
Edi Kurnanto, M., 2009. Langkah-Langkah Penangan Kasus Konseling : Modul Praktikum. Pontianak: STAIN Press
Edi Kurnanto, M., 2007. Bimbingan Dan Konseling : Sebuah Pengantar Bagi Calon Konselor Dan Guru Pembimbing Di Sekolah. Pontianak : STAIN Press
Surya, Muhammad. Psikologi Konseling. Bandung : pustak Bani Quraisy. Hal: 144.

Jumat, 14 Januari 2011

hari sabtu tanggal 15 januari 2010
hari ini clum membhas tentang bagaiman aresensi buku
resensi adalah menimbang buku
jadi di dalam resensi terdapat isi dari keseluruhan isi buku
trus ada kelebihan dan kekurangan


jadi kami harus memilih buku yang diajukan oleh P3M dan jika telah terbit di koran maka baru dapat buku................
Menyesal
Mengapa kau teteskan air mata
Tuk orang yang tek pernah kau miliki
Seakan-akan . . .
Kau jatuh demi dirinya
Yang bukan milikmu
Dan mengapa kau mencintainya
Yang cintanya tak pernah untuk mu
By : Hanina
pelarian 97
cerpen cinta sekufu
dan ada enam lainnya yang udah terbit

alhamdulillah

mmmmmmsyukurlah tulisan yang sederhanan ini udah selesai

‘KEMBAR MAYANG’ LAMBANG KEBHAGIAN DAN KESELAMATAN
Oleh : Siti Hanina

Pernikahan adalah sesuatu yang sacral karena banyak orang yang tidak menemukan pasangan hidupnya. Untuk itu bersyukurlah bagi orang yang telah menikah dan jangan pernah menyesalinya. Karena jodoh, maut dan rezeki itu berada di tanggan Allah SWT. Untuk itu bersyukur adalah obat yang paling mujarab. Nikah memiliki arti bahwa adanya ijab dan Kabul antara dua orang pria dan wanita. Dan untuk itu pula sama antara suku Jawa dengan suku lainnya. Namun yang berbeda hanya ritual prosesinya.
Bagi suku Jawa, prosesi atau jalannya upacara pernikahan akan berbeda jika berbeda tempatnya meskipun memiliki suku yang sama yaitu Jawa. Tetapi karena berlainan letak geografisnya maka itu juga akan mempengaruhi ritual adatnya. Namun yang ingin aku tuliskan adalah prosesi pernikahan orang jawa yang ada di Desa Sumber Agung kecamatan Batu Ampar. Sebuah desa yang terletak di tengah-tengah, antara desa Karawang dan Seponti Jaya.
Awal prosesinya pasti sama yaitu peminangan antara laki-laki dan perempuan yang dilakukan oleh pihak laki-laki dan perempuan. Tujuannya adalah tidak diinginkannya penyesalan dikemudian hari. Maka dari itu dilakukanlah peminangan kepada kaum perempuan. dalam hal ini biasanya kaum pria membawa cincin emas sebagai tanda jadinya nanti yang diberikan kepada kaum wanitanya. Nah setelah itu barulah nentukan hari pernikahan (Gethok dina) atau yang lebih dikenal dengan menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul dan resepsi. Untuk mencari hari, tanggal, bulan, biasanya dimintakan saran kepada orang yang ahli dalam perhitungan Jawa. Atau yang pandai menghitung ‘primbon’. Ini adalah sebuah julukan untuk buku yang di dalamnya terdapat panduan untuk mencari ‘dhino’ (hari yang baik dan kadang-kadang juga di ghnakan untuk mencocokkan rezekkinya banyak atau tidak serta apakah cocok atau tidak. Jika misalnya cocok maka pernikahan akan berlanjut sedangkan jika tidak biasanya melanggar salah satu pantang larang dalam pernikahan. Dan menurut mbah Yan pantang larangnya adalah jika adak pertama tidak boleh menikah dengan anak pertama karena rezeki akan sempit. Namun ada solusi di sini jika ingin di teruskan pernikahannya maka anak laki-laki atau mempelai laki-laki harus dibuang terlebih dahulu oleh orang tuanya. Dalam hal ini orang tua tidak mengakui dia sebagai anaknya dan akan diminta oleh orang atau tetangganya sendiri. Yang kedua adalah pempelai wanita dan pria, rumahnya tidak boleh melewati satu rumah dan juga tidak boleh pintu rumah keduannya berhadapan. Jika terjadi maka salah satu orang tuanya akan meninggal.
Islam dapat dikatakan mewajibkan untuk menikah jika telah memenuhi sayaratnya. Untuk itu banyak insan yang sangat mendambakan pernikahan. Sebab pepatah orang tua mengatakan ‘jodoh itu jika dikejar tidak akan dapat, tapi kadangkala tidak dicari datang sendiri’. Seperti itu kiranya kata bijak yang biasa orang tua katakana kepada anaknya. Terlepas dari itu sebenarnya memang benar adanya. Karena banyak orang yang sedang ‘tergila-gila’ mencari pasangan hidupnya akan tetapi sulit untuk menggapainya. Namun terkadang diam dan tak berkeingin ada yang datang meming ke rumah.
Namun dalam hal ini bukan untuk membahas pernikahan secara umum. Setiap suku yang ada di Indonesia pasti memiliki perbedaan kebudayaan. Sama halnya dengan pernikahan. Dalam hal ini adalah pernikahan orang jawa. Atau yang lebih dikenal dengan upacara pernikahan jawa. Upacara pernikahan setiap umat islam adalah sama tidak ada yang membedakannya. Ijab dan Kabul. Hal itu harus ada dalam setiap pernikahan orang islam. Tapi yang membedakannya adalah prosesi adat. Biasanya dilakukan setelah ijab Kabul selesai. Namun jauh sebelum ijab Kabul berlangsung penganten pria dan wanita dipertemukan dipelataran rumah atau halaman depan rumah. jadi snag wanita menyambut dan bersalam dengan pria. Hal itu adalah lambang dari telah bertemunya dua anak manusia yang akan mengikatkan janjinya sehidup semati, setelahnya.
‘Arakan’ dimulai dari halaman rumah penganten itu di bawa masuk dengan digandengan oleh seorang pemimpin adat. Yaitu orang yang paham dengan adat orang jawa. Dalam prosesi itu ada salah seorang sesepuh yang mengarahkan. Tapi tidak untuk ijab dan Kabul. Untuk yang satu ini tetap menggunakan penghulu, wali, dan para saksi sebagai peran utama. Sang penganten hanya mengikuti dan mengikrarkan.
Ijab Kabul biasanya dilakukan dirumah memperlai wanita. Secara umum prosesi ini terbagi ke dalam dua tahap. Tahap pertama adalah persiapan benda-benda atau barang-barang yang akan digunakan. Sedangkan tahap kedua adalah pelaksanaan upacara adata jawa. Dan ijab Kabul menjadi penengah diantara keduannya. Sebab sebelum ijab Kabul harus menyiapkan barang apa saja yang digunakan dalam upacara meskipun dalam ijab dan Kabul hal itu tidak digunakan. Tahap pertama adalah persiapan benda upacara adat. Seperti pembuatan kembar mayang.
Kembar mayang, berasal dari kata ‘kembar’,yang memiliki arti bahwa sama dan ‘mayang’ artinya adalah bunga pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan.
Kembar mayang memiliki dua jenis yaitu kembar mayang yang digunakan untuk ‘ngunggulke’ dan satu lagi adalah kembar ayang yang terbuat dari pelepah pisang dan janur serta bunga dan buah-buahan. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa jika pawiwahan (acara) telah selesai, kembar mayang dilabuh atau dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut dengan maksud agar pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari bapak dan ibu sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan untuk kerbar mayang ‘ngunggulke’ diunggulkan keatas itu semuanya terbuat dari janur kuning yang dibentuk bulatan dibawah dan rumbaian janur diatasnya. Benda ini digunakan saat upacara berlangsung.
Namun sebelum itu kita terlebih dahulu membicarakan tentang kembar mayang yang terbuat dari pelepah pisang. Meskipun benda yang satu ini digunakan saat naik pelaminan atau walimatul ursy. Dan untuk apa saja barang-barang untuk kembar mayang adalah :
a. Batang pisang, 2-3 potong, untuk hiasan.
b. Bambu aur untuk penusuk (sujen), secukupnya.
c. Janur kuning,
d. Daun-daunan
e. Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan sama besarnya.
f. Bunga melati, kanthil dan mawar merah putih.
Dari pelepah yang disebutkan diatas. Kebanyakan orang menggunakan dua potong setinggi atau sepanjang 1 meter. Dan juga telah disebutkan diatas kalau kembar mayang ini hanya digunakan untuk hiasan saat pesta acara. Biasanya diberi alas dari tabung yang terbuat dari kuningan. Hal ini dugunakan agar pelepah pinang tidak terlalu terlihat dan juga agar bambu kecil yang ditusukkan tidak mudah bergerak dan jatuh. Sebab bambu itu untuk menempelkan benda-benda seperti janur kuning, bunga dan buah-buahan.
Janur kuning yang di bentuk bulat bagian bawah. Ditambah lagi dengan dedaunan, seperti daun kemuning, beringin beserta ranting-rantingnya, daun apa-apa, daun girang dan daun andong. Dengan daun ini akan mempercantik kembar mayang. Karena perpaduan warna yang digunakan akan semakin menarik. Dan buah yang harus ada adalah nanas. Sebab bagi masyarakat jawa nanas ini digunakan sebagai harapan jika membina rumah tangga nantinya sekuat nanas. Akan mudah tumbuh dimana saja. Tidak perlu tanah subuh atau tidak. Hanya tinggal dilempar. Dan tumbuh. Hal itu paradigm orang jawa terhadap nanas. Nanas yang kuat dan tidak mudah mati. Namun biasanya untuk lebih mempercantik kembar mayang digunakan juga buah yang lainnya seperti jeruk, anggur jika ada, dan buah-buahan yang gampang untuk ditemukan didaerah itu. Meskipun itu adalah buah hutan sekalipun yang penting dapat mempercantik kembar mayang. Sebab masyarakat jawa memiliki asumsi bahwa jika kembar mayangnya cantik maka pengantin wanita akan cantik pula saat di pesta pernikahan. Paradigm itu secara turun temurun berada pada masyarakat jawa.
Kembar mayang telah siap. Lalu lalang orang yang sedang sibuk pun berganti arah untuk menyiapkan suatu hal yang penting yang kedua.
………………
Yang selanjutnya adalah memasang atau disebut dengan Pasang tuwuhan (pasren). Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin. Tuwuhan biasanya berupa tumbuh-tumbuhan yang masing-masing mempunyai makna seperti:
a) Janur, harapannya agar pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari Yang Maha Kuasa. b) Daun kluwih, Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah dapat lebih (luwih) dari yang diperhitungkan. c) Daun beringin dan ranting-rantingnya, Diambil dari kata €ingin€, artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu terlaksana. Dan ranting-ranting bermakna sebagai semoga dalam mencapai keinginan ditunjukkan jalan yang banyak seperti ranting tersebut. Ranting yng ada dalam pohon beringin itu bercabang keman-mana. Jadi semoga dalam mencapainnya juga demikian diberikan petunjuk yang langgeng oleh Allah SWT. d) Daun dadap serep, Berasal dari suku kata ‘œrep’ artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang tidak ada gangguan apa pun. Jadi dalam keluarga yang ingin dibina di dambakan keluarga yang seperti daun dadap serep itu. e) Seuntai padi (pari sewuli), Melambangkan semakin berisi semakin merunduk. Diharapkan semakin berbobot dan berlebih hidupnya, semakin ringan kaki dan tangannya, dan selalu siap membantu sesama yang kekurangan. f) Cengkir gadhing, Air kelapa muda (banyu degan), adalah air suci bersih, dengan lambang ini diharapkan cinta mereka tetap suci sampai akhir hayat.
Barang tuwuhan itu dimasukkan ke dalam ‘talam’ biasanya orang jawa membuatnya dari janur yang berbentuk seperti rajutan piring sebagai tempat tuwuhan ini. Setelah siap langsung disimpan di samping pintu masuk menuju peersandingannya penganten. Hal ini biasanya dilakukan sebelum ijab Kabul berlangsung. Baru jika semua persiapan selesai maka iajab dan Kabul dimulai. Semua orang tertuju kepada ijab dan Kabul tersebut. Jadi sesaat keadaan menjadi sunyi senyam. Tidak ada yang berkata-kata. Semua mendengarkan penghulu. Dan setelah sekian lama mendengarkan akhirnya ija berakhir dengan kata ‘sah’ dari para saksi dan diakhiri pula dengan bacaan do’a.
Ijab Kabul selesai dilakukan maka acara yang selanjutnya adalah prosesi adat. Upacara panggih. Itulah sebutan upacara yang akan dilakukan setelah ujab Kabul selesai. Dan ini adalah upaca adat jawa atau tradisi. Upaca ini memiliki uruta-urutan. Adapun tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut :
a. Liron kembar mayang
Saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk mersama-sama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan. Nah, ini bukan kembar mayang yang digunakan untuk hiasan di saping penganten. Tapi ini adalah kembar mayang yang dibuat secara khusus untuk upacara panggih. Disebut dengan liron karena kembar mayang itu diputar searah dengan putaran kedua mempelai. Jadi kedua sejola ini bersalaman dan dibawah salaman itu tedapat sri taman. Setelah itu diputar searah jarum jam agar dalam keluarga nantinya tidak mudah goyang terhadap haling-rintang yang mendekat. Dan si kembar mayang ini mengikuti putaran tersebut dengan di ‘ngujengi’ oleh orang lain. Jika penganten wanita dipegang oleh anak remaja wanita dan jika pria maka dipengang oleh remaja pria. Dalam hal ini juga disebut (tetemmu’) atau dengan pertemuan pria da wanita.
Kedua penganten mengitari ‘sri taman’ yang diletakkan di lantai. Isi dari sri taman adalah sebagai berikut; Setundhun gedang raja suluhan (setandan pisang raja), yang memiliki makna semoga kelak mempunyai sifat seperti raja hambeg para marta, mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Tebu wulung watangan (batang tebu hitam),memiliki makna bahwa harus kemantapan hati (anteping kalbu) dari keduanya. Dan jika sudah mantap menentukan pilihan sebagai suami atau istri, tidak tengok kanan-kiri lagi.
Selanjutnya adalah Kembang lan woh kapas (bunga dan buah kapas), dengan harapannya agar kedua pengantin kelak tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan. Selalu pas, tetapi tidak pas-pasan. Dengan buah kapas semoga keduanya memiliki sifat yang seputih kapas tersebut meskipun kulitnya tak sebagus isinya. Kembang setaman dibokor (bunga setaman yang ditanam di air dalam bokor). Dan harapannya agar kehidupan kedua pengantin selalu cerah ibarat bunga di taman.
b. Gantal
Setelah acara dipertemukan maka selanjutnya adalah ‘nguncal’. Di dalam sajen itu terdapat daun sirih. Daun sirih itu digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masing-masing pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan itu. Baru setelah itu adalah acara menginjak telur. Atau Ngidak endhog.

Ngidak endhog
Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol bahwa ingin membuang sifat jelek yang ada dalam kedua mempelai. Sehingga keduany dapat saling mengerti dalam hubungan keluarga nantinya. Setelah di injak etelurnya oleh pengantin pria barulah yang wanita mencuci kaki kanan untuk menginjak telur tadi. Hal ini melambangkan sang stri harus patuh dan hormat terhadap suami. Sebab suamilah yang bertanggung jawab terhadap keluarga. Dengan menggunakan air setaman.
Siraman
Ini adalah campuran beberapa kembang biasanya 7 jenis yang dimasukkan ke dalam wadah kecil atau rantang. Air ini digunakan sebagai cipratan kepada kedua mempelai. Agar kedunya memdapat berkah dari Yang Maha Kuasa seperti harumnya bunga yang wangisnya terus menerus. Yang harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga. Air ini juga digunakan saat mencuci kaki penganten pria. Tahapan upacara siraman adalah sebagai berikut :
- calon pengantin mohon doa restu kepada kedua orangtuanya.
- calon mantu duduk di tikar pandan tempat siraman.
- calon pengatin disiram oleh pinisepuh (orang yang memimpin upacara), orangtuanya dan beberapa wakil yang ditunjuk.
- yang terakhir disiram dengan air kendi oleh bapak ibunya dengan mengucurkan ke muka, kepala, dan tubuh calon pengantin. Begitu air kendi habis, kendi lalu dipecah sambil berkata “Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku wadon”. Hal ini bertujuan agar orang tahu bahwa mereka telah terikat oleh tali perkawinan makanya memecah tersebut adalah lambang alat bahwa mereka akan melepas masa lajangnya. Semua pengantin baik pria mapun wanita harus mengucapakan kata-kata itu sebelum di pecah kendinya. Dan setelah itu barulah penganten putrid untuk kedua kalinya mencuci kaki putra. Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra. Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor.
Minum air dengan banyu degan
Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem). Diharapkan nantinya keturunan dari sumber yang suci pula. Kedua penganten harus meminum air ini.
f. Di-kepyok dengan bunga warna-warni
Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang akan mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan bahagia lahir batin. Bunga itu di pukulkan secara pelan-pelan ke penganten baik putra maupun putrid.
g. Masuk ke pasangan
Maksudnya adalah penganten pria dan wanita masuk ke dalam sarung. Biasanya disebut juga dengan mengendong. Jadi pinisepuh acara merangkul keduanya dan dijepit dengan ‘jare’ di bawa berjalan tiga langkah dan juga duduk dikursi. Bermakna pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban. Dan dilanjutkan dengan berjalan mundur (Sindur). Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur. Maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar. Ini dilakukan masih dalam keadaan dirangkul oleh pemangku. Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantar duduk di sasana riengga, di sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa lainnya, yaitu :
Dulangan
Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini mengandung kiasan laku memadu kasih diantara keduanya (simbol seksual). Dalam upacara dulangan ada makna tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng yang bermakna :
- tumpeng tunggarana : agar selalu ingat kepada yang memberi hidup.
- tumpeng puput : berani mandiri.
- tumpeng bedhah negara : bersatunya pria dan wanita.
- tumpeng sangga langit : berbakti kepada orang tua.
- tumpeng kidang soka : menjadi besar dari kecil.
- tumpeng pangapit : suka duka adalah wewenang Tuhan Yang Maha Esa.
- tumpeng manggada : segala yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi.
- tumpeng pangruwat : berbaktilah kepada mertua.
- tumpeng kesawa : nasihat agar rajin bekerja.
Tumpeng ini terbuat dari nasi kuning yang dibentuk kerucut berjumlah sembila. Nmaun tumpeng ini kecil-kecil tidak sebesar untuk tumpeng ulang tahun atau selamatan. Tumpeng ini di tempakan di piring yang besar (…..) di susun secara rapi. Ppenganten putra dan putrid harus meakannya meskipun sedikit demi sedikit. Sebab semunya itu memiliki lambing pemaknaan.
Dan prosesi adat tersebut diakhiri dengan acara sungkeman kepada orang tua kedua memperlai. Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa restu. Caranya, berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibu pengantin putra.